PARADIGMA
ISLAMISASI ILMU DALAM BUKU SISWA KURIKULUM 2013
Achmad Hidayat,
S.Th.I., M.Ag.
(Resume Tesis: Perspektif Islamisasi Ilmu dalam Kurikulum 2013)
Islamisasi Ilmu sebagai worldview
Embrio
konsep Islamisasi Ilmu sebenarnya sudah ada sejak abad ke-19, dan terus
menjalar hingga saat ini, termasuk di Indonesia. Yang menjadi menarik adalah
konsep ini, sebagaimana konsep pemikiran Islam lainnya, merupakan
"pembaruan" atau "penyegaran" pemikiran Islam. Dan
sebagaimana konsep pembaruan yang lazimnya, konsep Islamisasi Ilmu merupakan
tanggapan atas fenomena atau konsep yang sebelumnya telah berkembang dan
ternyata dinilai tidak menyelesaikan krisis seperti yang diharapkan.
Gagasan
Islamisasi ilmu pengetahuan pada hakikatnya muncul sebagai respon atas dikotomi
antara ilmu agama dan sains yang dimasukkan Barat sekuler dan budaya masyarakat
modern ke dalam dunia
Islam. Kemajuan yang dicapai sains modern telah membawa pengaruh yang
menakjubkan, namun di sisi lain juga membawa dampak yang negatif, karena sains modern (Barat) kering
nilai atau terpisah dari nilai agama. Di samping itu Islamisasi Ilmu
Pengetahuan juga merupakan reaksi atas krisis sistem pendidikan yang dihadapi
umat Islam, yakni adanya dualisme sistem pendidikan Islam dan pendidikan modern
(sekuler) yang membingungkan umat Islam. Kini, Islamisasi Ilmu didudukkan
sebagai sudut pandang berbeda (worldview) dalam memahami perbedaan
kedudukan Ilmu dalam Islam dan Barat.
Paradigma integrasi-interkoneksi yang digagas
oleh M. Amin Abdullah mencoba mentrialogikan antara nilai-nilai subjektif,
objektif, dan intersubjektif. Agenda penelitian untuk membangun kerangka
metodologi fundamental philosophy yang dikaitkan langsung dalam bidang
studi agama-agama dan studi
ke-Islaman yang bertujuan memberikan masukan untuk pemecahan persoalan
pluralitas keagamaan adalah ibarat mencari jarum yang jatuh di tengah kegelapan malam. Menurut Amin Abdullah integrasi-interkoneksi merupakan
trialektika antara tradisi teks (ḥaḍarah an-nas}), tradisi akademik-ilmiah (ḥaḍarah
al-‘ilm), dan tradisi etik-kritis (ḥaḍarah al-falsafah). Epistemologi
integrasi-interkoneksi M. Amin Abdullah secara sistematik terangkum dalam
gambar skema berikut:
Gambar jaring laba-laba layer pertama adalah al-Qur’an dan al-Hadis sebagai sumber normatif Islam. Dengan berbagai
pendekatan, metode, dan fokus objeknya pada layer kedua, kemudian melahirkan
berupa ilmu-ilmu tradisional Islam yakni Tafsir, Hadis, Kalam, Fiqih, Tasawuf,
Lughah, Tarikh dan
Falsafah.
Sebaliknya ilmu-ilmu ke-Islaman pada layer ketiga juga bisa menginspirasi dan memperkaya pengembangan ilmu-ilmu pada layer keempat. Inter komunikasi antar layer dan antar disiplin dalam satu layer akan mendinamisir ilmu-ilmu baru, dan tidak cukup hanya di dalam internal keilmuan belaka, melainkan pengembangan keilmuan dan intergrative-interkonektif tersebut harus menyentuh layer terakhir, yakni isu-isu aktual dan kekinian seperti pluralism agama, hukum internasional, demokrasi, etika lingkungan, gender, hak asasi manusia dan seterusnya.
Rumusan kompetensi dasar dikembangkan dengan memperhatikan
karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata
pelajaran. Kompetensi dasar dibagi menjadi empat kelompok sesuai dengan
pengelompokkan kompetensi inti sebagai berikut:
1) Kelompok 1: kelompok
kompetensi dasar sikap spiritual dalam rangka
menjabarkan Kompetensi Inti (KI)-1;
2) Kelompok 2: kelompok
kompetensi dasar sikap sosial dalam rangka menjabarkan Kompetensi Inti (KI)-2;
3) Kelompok 3: kelompok
kompetensi dasar pengetahuan dalam rangka menjabarkan Kompetensi Inti (KI)-3;
dan
4) Kelompok 4: kelompok
kompetensi dasar keterampilan dalam rangka menjabarkan Kompetensi Inti (KI)-4.
|
Asumsi yang dikembangkan bahwa dengan menerapkan 4
kompetensi tersebut, peserta didik tidak hanya memiliki kecerdasan intelektual semata,
tetapi juga memiliki kecerdasan spiritual dan kepekaan sosial. Misalnya, A
mendapat materi “mengemudi mobil”. Maka indikator pertama dengan kompetensi
pengetahuan adalah siswa dapat menjelaskan tata cara mengemudi. Instrumen yang
digunakan: “Jelaskan tatacara mengemudi mobil!” Maka siswa
dapat menjawab dengan menjabarkan secara narasi apa yang diketahui dengan
tatacara mengemudi. Meskipun dengan
mampu menjelaskan secara panjang lebar tentang teori mengemudi, pada hakikatnya
belumlah secara otentik peserta didik dinilai mampu mengemudi, tetapi harus
dibuktikan dengan mempraktekkannya.
Aspek
Islamisasi ilmu tampak jelas jika kita meneliti lebih lanjut dalam buku teks
siswa, misalnya dalam buku IPA kelas 8 SMP/MTs kurikulum 2013 dalam rubrik
refleksi dan rubrik info ilmuwan. Terutama berkaitan dengan implementasi
kompetensi inti 1 (penanaman sikap spiritual/relijius).
Sumber: Siti Zubaidah, dkk., IPA Kelas VIII
SMP/MTS Semester I, (Jakarta: Kemendikbud, 2013), hlm. 33
Pada rubrik refleksi buku IPA kelas VIII SMP/MTS, penulis
(penyusun buku IPA-red.) mengkaitkan materi gerak pada manusia, hewan, tumbuhan
dan benda dengan memberikan pemahaman kepada siswa bahwa kemampuan bergerak
yang dimiliki manusia merupakan hasil penciptaan Tuhan (Allah swt) yang patut
disyukuri sehingga manusia mampu melaksanakan aktifitas sehari-hari untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu, misalnya mencari makan, bekerja, berpikir dan
sebagainya. Juga pada materi-materi
selanjutnya, misalnya materi rangka. Ditanamkan keyakinan kepada siswa bahwa
rangka pada manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan adalah salah satu karya Tuhan
(Allah swt) yang menakjubkan. bila tulang dan rangka mengalami kerusakan, retak
atau patah maka mampu memperbaiki dirinya sendiri. Sistem otot yang menopangnya
membuat manusia mampu berdiri, berlari dan mengangkat beban yang melebihinya.
Bahkan cara kerja yang harmonis dalam tubuh memberikan inspirasi manusia untuk
menciptakan berbagai bentuk dan ragam penemuan baru lainnya, misalnya saja
pesawat udara, yang cara kerjanya menyerupai sistem rangka pada manusia.
Selain menanamkan sikap beriman dan bersyukur kepada
Tuhan (Allah swt), unsur Islamisasi ilmu dalam buku teks siswa IPA kelas VIII
SMP/MTs juga terdapat dalam hal mengamati penemuan-penemuan Sains dari kalangan
ilmuwan Muslim yang selama ini belum dikenal siswa ketimbang ilmuwan Barat.
Misalnya dalam rubrik info ilmuwan halaman 33 materi gerak. Selama ini tokoh
ilmuwan yang dikenalkan kepada siswa terkait gerak dan grafitasi adalah Isaac
Newton. Namun dalam buku kurikulum 2013 ini, siswa diperkenalkan seorang
ilmuwan Muslim, al-Khazini, yang menggagas konsep grafitasi 500 tahun sebelum Newton. Dan seterusnya
dalam rubrik-rubrik info ilmuwan secara konsisten buku ini memberikan wawasan
baru bagi siswa dengan memperkenalkan ilmuwan Muslim lainnya terkait materi
yang sedang diajarkan. Contoh lain, dalam materi rangka yang memperkenalkan
al-Zahrawi atau Albucasis, seorang dokter bedah Muslim dari Andalusia dan
al-Jazari yang mengembangkan prinsip hidrolik untuk menggerakkan mesin yang
kemudian dikenal dengan robot dalam halaman 72.
Menurut Achmad Sutarwan, S.Pd.,
dalam mengimplementasikan pelajaran IPA kurikulum 2013 pada satuan
pendidikannya, materi-materi pelajaran IPA terdapat integrasi dengan
materi-materi pada pelajaran lain. Ketika menjelaskan materi tentang sel yang
didalamnya terdapat sitoplasma dan sitoplasma tersebut berkaitan dengan
metabolisme sel yang pembahasannya berkaitan dengan reaksi-reaksi kimia dalam
sel, maka pelajaran IPA ini terkoneksi dengan pelajaran Kimia. Bahkan
menurutnya tidak hanya terkoneksi dengan Kimia saja, materi-materi dalam
pelajaran IPA juga terkoneksi dengan pelajaran Fisika, bahkan Pendidikan Agama
dimana semua fenomena alam adalah bagian dari kebesaran Allah swt. Misalnya
dalam materi gerak pada hewan yang juga terkoneksi pada pelajaran lain.
Begitu pun pada materi-materi di
pelajaran lainnya, misalnya Sejarah, menurut Lia Amalia, S.Pd., materi seperti
kepurbakalaan yang berkaitan penemuan fosil-fosil makhluk hidup di berbagai
daerah di nusantara, terkoneksi dengan ilmu-ilmu seperti Antropologi dan
Geografi yang menjelaskan usia dan asal
muasal fosil, bahkan juga Tauhid yang menjelaskan awal mula penciptaan manusia.
Begitu pun dalam pelajaran lainnya,
misalnya integrasi-interkoneksi terdapat dalam pelajaran PPKn kelas 8. Menurut
Siti Nurajijah, S.Pd., materi dalam pelajaran PPKn berkaitan dengan norma-norma
dan kehidupan sosial. Integrasi pelajaran PPKn lebih banyak kepada pelajaran
humaniora dan Agama yang menekankan pendidikan karakter bangsa dan hubungan
sosial dengan alam dan Tuhan (Allah swt).
Penulis berasumsi bahwa penguatan
nilai-nilai relijius dalam buku teks siswa kurikulum 2013 merupakan respon
positif atas kritikan dunia pendidikan
di sekolah ataupun madrasah yang masih dianggap
kurang memberikan kontribusi dalam mengubah pengetahuan agama yang
bersifat kognitif
menjadi "makna" dan
"nilai" yang perlu diinternalisasikan dalam diri siswa
untuk bergerak, berbuat dan berperilaku sehari-hari. Isu kenakalan
remaja, tawuran, tindak kekerasan, kriminalitas, dan sebagainya, sekalipun
tidak sepenuhnya secara langsung terkait dengan metodologi pendidikan dan pendidikan agama, yang selama ini berlangsung
secara konvensional dan tradisional, merupakan bukti kurang tepatnya sasaran
pendidikan Agama Islam, atau
boleh jadi
kurikulum yang diterapkan sudah tidak lagi relevan dengan perubahan
sosial dan masyarakatnya.
Oleh karena itu kurikulum 2013 hadir dalam konteks upaya menjawab sebagian
kecil persoalan dari banyaknya persoalan pendidikan nasional kita.
Wallahu
a’lam
EmoticonEmoticon