Pilkada DKI Untuk Siapa?

Pilkada DKI untuk Siapa?
Oleh Achmad Hidayat, M.Ag.

Lahir di Jakarta pada 1976, hari-hari pada masa kanak hingga remaja, kami asyik bermain riang gembira di kali (sungai.red) yang tak jauh di belakang rumah. 
Berenang sambil mencari udang, sepat, gabus dan benter. Sesekali menemukan kepiting dan belut. "Ah...lumayan untuk hiburan...." Menjelang hari raya idul fitri ataupun idul Adha, jamaah masjid patungan membeli 2 kerbau.  "wah...punya mainan baru...Asyiiik...." Bersama teman sebaya lainnya menggembala di sawah hingga petang.

Itu secuil epik kisah masa kecil dan remaja anak betawi tulen di kawasan  kelurahan Jatipadang, kecamatan pasar Minggu, Kota Madya Jakarta Selatan.

Kini....
hmm...
Sungai yang dulu jernih tempat mandi dan mencuci, tak sedap dilihat. Hitam pekat dan bau!
entah pekerjaan dan ulah siapa?
Atau pabrik mana dan siapa yg mengeluarkan izinnya?

Dan...banjir?
Sejak kapan banjir mampir setinggi mobil kayak sekarang ini?
Padahal dulu ketika masih kecil, tak pernah ada cerita nenek moyang kebanjiran di tanah leluhur sini!

Hati makin pedih, ketika warga disalahkan. Adakah orang mau mengotori Rumah sendiri? Kemana logikamu tuan?

Ketika kaum urban mendapat ruang, jengkal demi sejengkal menggusur encing, encang, abang dan adik kami.

Ketika kepala kampung di DKI jadi rebutan orang luar dan ramai berita untuk konsumsi nasional
Jegal-menjegal, sabet-menyabet, sampe gak keruan "injak-injak" Quran suci kami
Apa yang mau dicari?
Bukan mereka titisan leluhur kami

Tolong mengerti tuan!
Disini,
tanah tempat darah bunda kami mengalir
Lahir, merangkak, merayap, dan mengeja huruf alif, ba, ta
Pagi dan petang
ketika ayah dan kakek-kakek kami mengajari arti "pengorbanan"
Gambaran epik ditorehkan pejuang Islam
Darah syuhada mewangi
basahi kampung halaman
22 Juni 1527
Fatahillah meluluhlantakkan tirani dan kezaliman...
Bacalah itu!

Musim kampanye umbar janji manis
dan sumpah serapah

Setelah terpilih?
Yang dapat kemakmuran hanyalah 'bangsanya' saja

Dan kami...
Siapa kami?
Sedari dulu,
orang pribumi memang selalu 'dikerjai'

Pilkada untuk siapa?
Kepentingan politik lebih utama
Lupa tengok setumpuk masalah
Macet, banjir, sumpek, bau!
Tak peduli dinding retak mushalla dan masjid kami

Wah...wah...wah....
Jangan marah
Memang salah urus kenyataannya!
Bikin dongkol hati nestapa...

Kalo gubernur hari ini tak mau disalahkan dan menyalahkan gubernur sebelumnya, entahlah mau bilang apa?

Oiya, sebelum ngkoh, siapa sih gubernur kampung ane?
Lupa-lupa inget kita...

Memangnya mereka pernah lahir dan menikmati masa kecil di kampung ini?
Membangun keluarga dan meniti usaha sekedar demi penghidupan layak
tanpa bantuan tuan-tuan terhormat

Mari sini
Singgah di Rumah SSSSSS kami
Merasakan pahit getir penderitaan
tergusur dan terusir dari kampung sendiri

Sekali lagi,
Pernahkah tuan lahir dan besar di kampung yang bernama Jakarta hari ini?
Sehingga berambisi dibalik kata "mengabdi"?

"Au ah gelap!"
Tuh jawabannya yang pasti!
Previous
Next Post »